Selasa, 31 Maret 2009

CZ 388

Halal adalah salah satu persyaratan yang harus ada ketika kita memilih menu makanan. Hal ini tidaklah sulit ketika kita berada di Indonesia.
Akan lain ceritanya ketika kita berada di negeri Cina yang mayoritas penduduknya bukan muslim.

Seperti hal yang saya alami baru-baru ini di Guangzhou, saat mendapat tugas dari kantor untuk mengikuti seminar disana 2 - 7 Maret 2009.

Sebagai salah satu auditor halal internal di perusahaan, sangat sulit bagi saya untuk menikmati jamuan makan, karena kita tidak tahu bahan apa yang digunakan dalam masakan mereka. Untuk cari amannya, saya hanya makan ikan dan sayur. Kebayang gak, seminggu hanya makan ikan dan sayur, kadang-kadang nasi, sementara di meja terhidang daging sapi dengan aroma yang menggugah selera.
Finally, di hari terakhir sebelum pulang ke tanah air, saya berkesempatan menikmati masakan Cina yang halal. Pengelola restoran ini adalah muslim dari daeran Sin Jiang. Tapi sayang, mereka tidak bisa bicara dalam bahasa inggris. Restoran Halal ini bisa dipastikan dari logo halal dalam tulisan arab yang terpampang di pintu masuk. Menyadari bahwa mereka tidak bisa berbahasa inggris, mereka menampilkan menunya dalam bentuk gambar yang terpampang didinding restoran. Jadi kita tinggal tunjuk mau makan yang mana. (Hmm....., ide yang kreatif).

Karena tergoda oleh menu daging sapi, saya pilih menu nasi plus daging sapi.

Sambil menunggu masakan matang, saya dihidangi semangku sup panas yang nikmat sekali, apalagi cuaca diluar dingin hingga mencapai 16 C. Ini lah uniknya restoran di Cina, mereka tidak memberi kita air minum tapi hanya memberi sup sebagai pengganti air minum. Yang lebih parah, kalau supnya kita kasih sambel biar tambah maknyus dan pas kepedesan pengen minum, repot deh.

Waktu menunjukan hampir jam 15.00 waktu setempat, dan saya ditunggu jemputan ke bandara jam 16.00 di hotel. Total 15 Yuan. Ah, ternyata gak nyampe duapuluh ribu. Eh, pas dicek nilai kursnya, rupiah lagi melemah, 1 Yuan = 1730 rupiah. Setelah bayar makan, saya bergegas ke hotel Royal Marina Plaza by taxi.

Senin, 02 Maret 2009

Pengalaman berbekam di BRC Cikarang



Sehari sebelum keberangkatan ke Guangzhou, badan masih berasa kurang fit. Kayanya masuk angin, minta dikerokin ama istri, tapi sang istri kayanya kecapean abis nyetrika. Sabtu pagi ini hujan turun, siang hujan lagi. Badan berasa meriang, panas dingin, jamu tolak angin cair udah abis 3 sachet tapi badan masih berasa gak enak.

Ting....
Tiba-tiba teringat teman saya, pengusaha jasa pengiriman "Amek"; Andri Marjoni. Sewaktu pertemuan pembentukan usaha bersama cikarang baru di mesjid Mekar Indah, beliau pernah ngasih saya brosur berobat ala nabi saw. Untung alamatnya masih disimpan.

Setelah hujan mereda, saya berangkat ke BRC, di ruko Arcade Jl. Tarum Barat 2 Cikarang.
"Paling banter abis cepek", begitu pikir saya tentang biaya jasa bekam tsb.

Pukul 14.00 berangkat dari rumah di Cisanggiri Timur Utama, menuju kawasan Cikarang Baru. Masuk dari jalan Cilemah abang, saya cari-cari tuh ruko. Alhamdulillah, kira-kira 1km masuk jalan tsb, akhirnya ketemulah ruko tsb, di sebelah kiri jalan.

Setelah parkir motor di depan BRC, saya masuk ke dalam. Wuih..., dingin amat didalam, maklum ruangan ber-AC. Saya datangi bagian pendaftaran.
"Mbak, saya mau konsultasi'.
"Bapak tau BRC dari mana?", petugasnya balik tanya.
"Dari Pak Andri."

Niat mau konsultasi dulu malah langsung ditawari paket lengkap. Ruqyah, totok rotan, bekam, gurah mata total 75ribu.

"O, segitu. Budget masih masuk nih", pikir saya, karena kebetulan hari Jumatnya baru gajian.
"Silahkan isi formulir dulu, Pak."

Saya isi formulir, terus langsung masuk periksa. Diruangan tsb, mata saya di foto kiri kanan. Tanya kebiasaan minum air putih ama BAB tiap hari. Dari foto mata tsb diketahui, alhamdulillah gak ada gangguan jin atau penyakit yang berbahaya cuma agak sedikit stress, katanya.

"Loh, kok tahu kalo saya lagi stress?" pikir saya. "Gimana gak stress, udah 2 bulan kartu kredit belum kebayar, tiap hari ditelpon kelektor".

Abis itu diruqyah, leher ditekan dengan dua tangannya sambil saya disuruh baca surat Al Ikhlas berkali-kali. Perasaan dunia itu hampir gelap waktu leher ditekan, ditarik urat leher keatas. Untung gak lama.

"Oke, Bapak sudah selesai diruqyah, gak ada gangguan apa-apa. Selanjutnya silakan pindah ke ruang sebelah".

Di ruangan sebelah saya disambut dengan ramah oleh petugasnya, orang Cimahi.
Periksa tekanan darah, abis itu suruh buka baju, tidur tengkurap.

"Ada yang sakit, Pak?", tanyanya ramah.
"Iya, dibawah tulang belikat. Mungkin masuk angin".
Setelah mengusap-usap kedua telapak tangan dengan minyak atau apa, gak keliatan karena lagi tengkurap, sang praktisi bekam menempelkan kedua tangannya di tualang belikat.

"Terasa panas gak, Pak?" tanyanya.
"Engga."
Tapi lama-lama daerah yang tempeli dengan tangannya itu emang berasa panas, kaya dikasih nyala lilin. Makin lama makin panas, sekitar 5 menit panasnya berangsur-angsur berkurang.

Abis itu sang praktisi bekam, ngeluarin alat penghisap, ditempelin ke punggung.
Terasa badan kaya disedot, setelah itu perasaan punggung itu kaya ditusuk pake ujung cutter, terus ditempelin lagi alat penghisapnya.

Darah kental keluar dari bekas tusukan itu. Setelah diperhatikan ternyata alat yang digunakan menyerupai pulpen, tapi kalo ditekan atasnya yang keluar ujung jarum.

Setelah kurang lebih 30 menit dibekam, akhirnya selesai juga. Badan agak entengan, tapi perut berasa lapar.

Setelah selesai dari ruang bekam, saya datangi bagian pendaftaran.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan tadi, Bapak dianjurkan untuk mengkonsumsi herbal ini: madu, herbal tujuh angin dan habbatussauda", kata si Mbaknya.

Saya liat dikemasan tsb ada harganya, madu 350 ml: 35ribu, herbal tujuh angin: 60ribu dan habbatussauda: 25ribu.
"Waah, kalo diambil semua bisa-bisa abis 200ribuan nih", pikir saya.
Madu masih bisa beli di Indomaret (lebih murah), herbal tujuh angin saya pikir sama dengan jamu tolak angin cairnya Sido Muncul. Tinggal habbatussauda, mau beli dimana?

Ya udah akhirnya saya ambil habbatussauda-nya aja dengan jasa paket bekam. Total abis seratus ribu. Abis itu pulang, nyampe rumah jam 16.00.